Menarik juga dapet inspirasi istilah biar
konseling akrab di kalangan muda. Begitulah topik stadium general yang Pembina
Mitra Ummah sekaligus Kaprodi Bki Kalijaga Bro A Said Hasan Basri
sampaikan untuk mengantarkan Musyang Mitra Ummah di tahun 2017 semalem. Gairah baru
kehadiran supporting dari angkatan 2017. Menambah semangat.
Mitra Ummah yang terbentuk sejak tahun
2001 ini memang diproyeksikan sebagai media ekstenal mahasiswa di luar struktur
untuk menjadi media tambahan bagi pengembangan konpetensi konseling. Sejak
kemunculannya Mitra Ummah sudah banyak sekali memberikan kontribusi bagi
mahasiswa dan masyarakat yang membutuhkan. Selain kegiatan internal organisasi,
mereka juga aktif melalui masing-masing devisi untuk berkiprah mengaplikasikan
teori yang diperolehnya di kelas secara aplikatif di lapangan.
Kali ini mengadakan Musyang (Musyawarah
Anggota), setelah perekrutan anggota baru biasanya setiap awal tahun ajaran
baru, karena adanya mahasiswa baru biasanya Mitra Ummah menjaring anggota baru.
Dan setelah terkumpul mereka diagendakan untuk dibaiat sebagai ceremonial
resmi menjadi anggota Mitra Ummah. Setelah itu biasanya ada Musyang untuk
pemilihan ketua baru Mitra Ummah. Pada kesempatan kali ini yang terpilih adalah
Benny Subagya menggantikan Indra. Sudah lima periode kepemimpinan masih dibina
oleh Kaprodi BKI saat ini. Sejak eranya mas Fahmi, kemudian mas Alfan dan mas
Karim sampai Indra dan Benny saat ini.
Pada kesempatan itu pula Pembina Mitra
Ummah A. Said Hasan Basri menegaskan bahwa isu utama yang terus berulanng pada
masa muda adalah tiga hal, dan ini harus selalu diingat jika bekerja dengan
kaum muda sebagai generasi milinial. Tiga isu utama tersebut adalah:
1. Pertama,
finalisasi pembentukan identitas diri. Nah mulai masa remaja, setiap individu
biasanya mengawali pembentukan konsep diri agar memiliki identitas diri yang
jelas, siapa dirinya. Maka pada masa muda ini harus dibimbing dan diarahkan
untuk betul-betul menemukan identitasnya yang jelas. Bisa melalui hobbi dan
minat serta kegemaran, bisa melalui studi yang digeluti (kompetensinya apa)
bisa melalui penguasaan-penguasaan tugas-tugas perkembangan dan
keterampilan-keterampilan diri yang bisa jadi prestasi. Jika identitas diri ini
jelas dan sudah ditemukan, maka kaum muda tidak akan mudah terjebak dalam
pergaulan negative yang bebas tanpa norma. Karena mereka sudah tidak ada waktu
untuk kongkow-kongkow percuma, mereka akan terus termotivasi untuk meningkatkan
kemampuannya.

2. Kedua
adalah isu calon pasangan hidup, isu ini akan sangat menyulitkan bagi pria
maupun wanita muda. Bagi pria penjajakan untuk menemukan pasangan akan terus
berlangsung tetapi disodorkan tanggung jawab untuk menikah belum memiliki
keberanian, karena merasa belum mapan, takut tidak bisa membhagiakan
pasangannya. Sehingga seringkali mereka terlibat dalam hubungan dengan lawan
jenis tanpa kepastian. Adapun kaum muda wanita, juga menjajaki sososk siapa
yang akan menjadi pendamping hidupnya. Ketakutan disebut perawan tua atau
menikah terlambat akan menyebabkan wanita cenderung kurang hati-hati memilih
pasangannya, sehingga banyak yang salah pilih karena hanya ingin mengejar
status sudah menikah. Berbeda dengan laki-laki yang memiliki tuntutan untuk
memberikan nafkah pada wanita. Nah isu ini biasanya seringkalai menjadi sumber
konflik pribadi dan interpersonal.

3. Ketiga
adalah isu orientasi masa depan, banyak kaum muda masih kebingungan, karier apa
yang harus dirintis untuk dijadikan sumber penghasilan di masa depan. Nah, ini
harus disampaikan kepada mereka bahwa apa yang digeluti saat ini haruslah
sungguh-sungguh, baik dalam studi, maupun hobie serta tidak takut mencoba
hal-hal baru. Karena semakin banyak bekal dan semakin mahir dalam suatu hal
akan meberikan kepercayaan diri menghadapi masa depan.
Begitulah
sekelumit narasi yangdisampaikan oleh Pembina Mitra Ummah. Setelah acara seminar
selesai, maka para peserta kemudian makan malam bersama secara sederhana, masak
sendiri dan makan seperti di pesantren, inilah tradisi kita setiap tahun yang
menjadi keshajaan dalam bersikap dan berperilaku.
Intinya kita
sebagai kaum muda Mitra Ummah harus menggalakkan konseling milenial, menuju
Indonesia sehat mental dan generasi milenial benar-benar media literated.
Karena siapa lagi kalau bukan kita yang membenahi calaon generasi selanjutnya.
Late post
By. A. Said
Hasan Basri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar