Breaking News

TUTORIAL BLOG

Minggu, 11 Februari 2018

Millennial Counseling (Musyang Mitra Ummah)



Menarik juga dapet inspirasi istilah biar konseling akrab di kalangan muda. Begitulah topik stadium general yang Pembina Mitra Ummah sekaligus Kaprodi Bki Kalijaga Bro A Said Hasan Basri sampaikan untuk mengantarkan Musyang Mitra Ummah di tahun 2017 semalem. Gairah baru kehadiran supporting dari angkatan 2017. Menambah semangat.
Mitra Ummah yang terbentuk sejak tahun 2001 ini memang diproyeksikan sebagai media ekstenal mahasiswa di luar struktur untuk menjadi media tambahan bagi pengembangan konpetensi konseling. Sejak kemunculannya Mitra Ummah sudah banyak sekali memberikan kontribusi bagi mahasiswa dan masyarakat yang membutuhkan. Selain kegiatan internal organisasi, mereka juga aktif melalui masing-masing devisi untuk berkiprah mengaplikasikan teori yang diperolehnya di kelas secara aplikatif di lapangan.
Kali ini mengadakan Musyang (Musyawarah Anggota), setelah perekrutan anggota baru biasanya setiap awal tahun ajaran baru, karena adanya mahasiswa baru biasanya Mitra Ummah menjaring anggota baru. Dan setelah terkumpul mereka diagendakan untuk dibaiat sebagai ceremonial resmi menjadi anggota Mitra Ummah. Setelah itu biasanya ada Musyang untuk pemilihan ketua baru Mitra Ummah. Pada kesempatan kali ini yang terpilih adalah Benny Subagya menggantikan Indra. Sudah lima periode kepemimpinan masih dibina oleh Kaprodi BKI saat ini. Sejak eranya mas Fahmi, kemudian mas Alfan dan mas Karim sampai Indra dan Benny saat ini.
Pada kesempatan itu pula Pembina Mitra Ummah A. Said Hasan Basri menegaskan bahwa isu utama yang terus berulanng pada masa muda adalah tiga hal, dan ini harus selalu diingat jika bekerja dengan kaum muda sebagai generasi milinial. Tiga isu utama tersebut adalah:
1.      Pertama, finalisasi pembentukan identitas diri. Nah mulai masa remaja, setiap individu biasanya mengawali pembentukan konsep diri agar memiliki identitas diri yang jelas, siapa dirinya. Maka pada masa muda ini harus dibimbing dan diarahkan untuk betul-betul menemukan identitasnya yang jelas. Bisa melalui hobbi dan minat serta kegemaran, bisa melalui studi yang digeluti (kompetensinya apa) bisa melalui penguasaan-penguasaan tugas-tugas perkembangan dan keterampilan-keterampilan diri yang bisa jadi prestasi. Jika identitas diri ini jelas dan sudah ditemukan, maka kaum muda tidak akan mudah terjebak dalam pergaulan negative yang bebas tanpa norma. Karena mereka sudah tidak ada waktu untuk kongkow-kongkow percuma, mereka akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
2.      Kedua adalah isu calon pasangan hidup, isu ini akan sangat menyulitkan bagi pria maupun wanita muda. Bagi pria penjajakan untuk menemukan pasangan akan terus berlangsung tetapi disodorkan tanggung jawab untuk menikah belum memiliki keberanian, karena merasa belum mapan, takut tidak bisa membhagiakan pasangannya. Sehingga seringkali mereka terlibat dalam hubungan dengan lawan jenis tanpa kepastian. Adapun kaum muda wanita, juga menjajaki sososk siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya. Ketakutan disebut perawan tua atau menikah terlambat akan menyebabkan wanita cenderung kurang hati-hati memilih pasangannya, sehingga banyak yang salah pilih karena hanya ingin mengejar status sudah menikah. Berbeda dengan laki-laki yang memiliki tuntutan untuk memberikan nafkah pada wanita. Nah isu ini biasanya seringkalai menjadi sumber konflik pribadi dan interpersonal.
3.      Ketiga adalah isu orientasi masa depan, banyak kaum muda masih kebingungan, karier apa yang harus dirintis untuk dijadikan sumber penghasilan di masa depan. Nah, ini harus disampaikan kepada mereka bahwa apa yang digeluti saat ini haruslah sungguh-sungguh, baik dalam studi, maupun hobie serta tidak takut mencoba hal-hal baru. Karena semakin banyak bekal dan semakin mahir dalam suatu hal akan meberikan kepercayaan diri menghadapi masa depan.
Begitulah sekelumit narasi yangdisampaikan oleh Pembina Mitra Ummah. Setelah acara seminar selesai, maka para peserta kemudian makan malam bersama secara sederhana, masak sendiri dan makan seperti di pesantren, inilah tradisi kita setiap tahun yang menjadi keshajaan dalam bersikap dan berperilaku.
Intinya kita sebagai kaum muda Mitra Ummah harus menggalakkan konseling milenial, menuju Indonesia sehat mental dan generasi milenial benar-benar media literated. Karena siapa lagi kalau bukan kita yang membenahi calaon generasi selanjutnya.

Late post
By. A. Said Hasan Basri







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By