Breaking News

TUTORIAL BLOG

Selasa, 27 Maret 2018

TIGA SRIKANDI FEBRUARI 2018


Wisuda periode II Tahun Akademik 2017/2018 kali ini menarik. Karena pada saat inilah Program Bimbingan dan Konseling Islam kembali memantabkan sebagai Prodi yang punya prestasi. Khususnya dalam menghasilkan lulusan-lulusan calon alumni yang hebat dan mampu mengukir sejarah. Sejak kebangkitan Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam pada awal tahun 2000-an. Dimana transfomasi IAIN Sunan Kalijaga menjadi UIN Sunan Kalijaga. Pada saat itulah Prodi BKI bertransformasi secara perlahan namun pasti. Mengembangkan cakupan dan kedalaman keilmuannya dari “Penyuluhan” menjadi “Konseling”. saat itu secara bertahap mulai memasukkan unsur-unsur konseling pada matakuliah-matakuliah yang ditawarkan. Hingga mencapai puncaknya pada 2009, dengan dikeluarkannya SK Rektor untuk berganti nama secara penuh menjadi BKI. Dan kemudian pemantapan nomenklatur 2012, resmi BPI menjadi BKI oleh Peraturan Menteri Agama. Dan pada 2018 ini, BKI sudah memasuki usia yang ke 40 terhitung dari awal mulanya BPI berdiri. Dan akhirnya sekarang menjadi salah satu Program Studi yang mulai dikenal oleh banyak kalangan. Tentu suatu kebanggaan tersendiri bisa mencapai posisi saat ini. Akan tetapi itu belumlah cukup jika belum mampu menghantarkan lulusannya menjadi alumni yang laris di dunia kerja, dengan target waktu tunggu mendapatkan pekerjaan selama 6 bulan mencapai 90 prosesn. Jika hal ini sudah tercapai, Maka bolehlah kita berbagga diri agar bisa menjadi contoh bagi yang lain. Tetapi capaian saat ini, sebagai langkah awal dari target ideal tersebut adalah mampu menghasilkan lulusan yang terbaik dan tercepat.


Awalnya Siti Rofingah yang lulus pertama kali. Dia adalah sosok mahasiswi yang low profile dengan sedikit pemalu. Di kalangan teman-temannya ia tidak popular, tetapi sangat terlihat sekali dalam perkuliahan, dia sangat serius, dan memiliki partisipasih yang aktif dalam setiap kerja kelompok jika ada tugas-tugas dari dosen, baik di kelas maupun di lapangan. Mungkin karena keseriusannya dalam menempuh akademik, sehingga terkesan pendiam. Tetapi hal ini bisa dimaklumi apalagi ia statusnya juga santri di PP. Wahid Hasyim. Hal lain yang membanggakan ia adalah tim Futsal putri angkatan 2014 (bersama Fitri, Iffah, dan ….) yang berprestasi dua tahun secara berturut-turut menjadi juara bertahan di tingkat fakultas Dakwah dan Komunikasi. Dia juga akrab dengan anak kecil, karena suka memberikan bimbel badi adik-adik PAUD dan Sekolah Dasar. Di bidang akademik, ia juga menorehkan nilai IPK-nya yang terbaik kedua dengan 3.80. Jadi lengkap prestasi yang ditorehnya dengan bukti lulus tercepat, pas tiga tahun dua bulan. Sehingga Prodi BKI sangat menghargai jerih payahnya, untuk memberikannya penghargaan sebagai mahasiswa terbaik untuk kategori tercepat pada ajang pemberian reward penghargaan kepada mahasiswa prodi BKI pada dies natalis yang ke 40 tahun 2017. Di antara Sembilan nominasi, ia termasuk salah satunya, dalam kategori the best graduate.

Kemudian sosok kedua yang bisa digambarkan dari seorang mahasiswi yang menjadi lulusan terbaik ketiga kali ini adalah Hikmah Nurhasanah, IPK-nya 3.80 ia menyelesaikan studinya dalam kurun waktu tiga tahun dua bulan, sepuluh hari. Sosoknya memang tidak popular, belum kelihatan prestasi non akademiknya. Tetapi ia memiliki optimisme dan semangat paling besar serta keberanian yang lebih di antara tiga mahasiswi berprestasi ini. Di satu sisi karena dia juga sudah berkeluarga di usianya yang muda, tentunya memiliki tanggung jawab besar untuk bisa menjadi wanita yang bisa mengelola rumah tangganya, karena ada harapan suami dan orang tua yang bergantung di pundaknya. Sehingga ketika mengajukan judul hingga riset penelitian akhir, ia betul-betul tunjukkan semangatnya agar bisa lulus dengan cepat dengan riset sambil menjalankan praktik pengalaman lapangan atau PPL BKI. Dan iapun berhasil menyelesaikan studinya kali ini dengan memuaskan. Memuaskan banyak pihak di sekeliling dia.

Kemudian yang terakhir adalah sosok terbaik dan tercepat. Wulan Sofa Aulia, adalah mahasiswi yang mengagumkan. Karena sejak kuliah ia sudah mengikuti organisasi, dan aktif di kelas menjadi wakil dari teman-temannya untuk mengkoordinir mereka mulai dari urusan tugas kuliah sampai kegiatan yang digelar Prodi BKI. Ia menerima penghargaan sebagai mahasiswi dengan nilai terbaik tercepat dengan IPK 3.84 (3 th 2 bln 19 hr) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk periode II Tahun Akademik 2017/2018. Dan orangtuanya (ayahnya) mendapat kehormatan untuk memberikan pesan kesan pada acara prosesi wisuda di gedung Amin Abdullah (Multi Purpose) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hal yang menarik dari dia adalah ketika sedang menyusun laporan skripsi, ternyata ia menyebar undangan pernikahannya dengan seseorang yang mungkin dari daerah yang sama. Sempat membuat orang-orang di sekitarnya kaget, karena takut skripsinya terhamat gara-gara memutuskan menikah. Tetapi itu semua memang sudah direncanakannya, agar jika wisuda dia sudah didampingi oleh muhrimnya. Wah sungguh indah rencananya berjalan mulus mendapat predikat terbaik dengan suami tercinta mendampinginya.

Begitulah tiga sosok srikandi BKI Kalijaga. Selamat untuk ketiganya semoga ini menjadi langkah awal mendulang prestasi di masa depan. Indahnya moment bahagia di bulan Februari ini sekaligus moment periode kedua wisuda UIN Sunan Kalijaga untuk Tahun Akademik 2017/2018. Semoga ke depan banyak lagi srikand-srikandi yang lahir dari Prodi BKI Kalijaga. Tetapi juga bukan hanya srikandi tetapi juga jawara-jawara yang hebat akan lahir jua. Walaupun sejak semula mahasiswa BKI Kalijaga komposisinya 1 banding 4 ya, empat mahasiswi dan 1 mahasiswa.




Read more ...

Kuliah Umum Pertama 2018


Kuliah Umum pertama tahun 2018 ini temanya "Implementasi Counseling of Disaster untuk Penanganan Situasi Krisis Pasca Bencana" menghadirkan Pak. Enaryaka, S.Kep., Ns., MM. dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Yogyakarta. Tema ini sebagai kelanjutan dari International Conference tahun 2017 lalu bersama USIM Malaysia dengan tema yang sama tentang Counseling of Disaster.

Kegiatan ini senyatanya adalah upaya Prodi Bki Kalijaga untuk memantabkan kompetensinya yang menekankan pada Konseling Krisis dan Rehabilitass, sebagai spesifikasi dari BKI Jogja yang berbeda dibanding BKI lainnya di Indonesia.

Pak Eryaka menjelaskan bahwa dalam konseling bencana hendaknya menggunakan pendekatan cultural sesuai karakter konseli di situasi bencana. Dengan membuat tenang dan nyaman agar bisa terlepas dari trauma. Pengalamannya beliau menghadapi berbagai situasi krisis di lapangan banyak menginspirasi mahasiswa; bagaimana dan seperti apa tindakan yang harus diambil. Yang jelas dari awal sudah ada asesmen, screaning, dan tujuan yang jelas. Biar penanganan fokus sesuai harapan, tentunya bekerja sesuai dengan bagian2 yang telah disepakati dalam tim gabungan yg berlatar belakang dari multi disiplin.




Begitulah sekelumit Kulum kali ini. Yang jelas kerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana ke depan diharapkan semakin kuat dalam berbagai kegiatan.

Read more ...

Senin, 26 Maret 2018

Penarikan Pertukaran Mahasiswa



Penarikan Pertukaran Mahasiswa dari BPI IAI Muhammadiyah Sinjai telah berlangsung tadi pagi. Mahasiswa ini telah mengikuti berbagai kegiatan yang ada di Prodi BKI Kalijaga, mulai perkuliahan, kegiatan HMPS, Mitra Ummah dan berbagai event lainnya. Intinya mereka ikut merasakan atmosfir akademik di Kampus Putih tercinta.

Senyatanya waktu satu bulan belumlah cukup untuk merasakan nikmatnya berada di lingkungan UIN Sunan Kalijaga, apalagi jika bercengkrama dengan kota Rindu dan Kenangan Yogyakarta ini. Pastilah akan merasa tak cukup. Tapi apa mau dikata, ijin mereka hanya segitu.

Harapannya ke depan bisa merealisasikan pertukaran mahasiswa yang sesungguhnya. Yakni satu semester penuh, dengan seluruh kurikulum yang harus dipenuhi selama satu semester tersebut.

Tapi tak apalah sebagai awal yang manis untuk membuka kran kerjasama di antara PErguruan Tinggi, sehingga ke depan lebih banyak lagi bentuk kerjasama yang diwujudkan.
Semoga waktu yang singkat dari 26 Feb -26 Maret 2018 ini mereka memiliki pengalam akademik yang bisa menjadi modal kapasitas personal mereka di masa depan.

Read more ...

Selasa, 13 Maret 2018

WIRDA IRNAENI BKI 2015: INDONESIAN YOUTH TEACHER EXCHANGE (IYTEP) 2018

Irnaeni, Mahasiswi fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Semesrter 6. saya terpilih untuk mengikuti Program Indonesian Youth Teacher Exchange Program (IYTEP 2018) di Thailand Selatan, dari tanggal 13 januari – 2 Februari 2018. Saya terpilih kedalam 40 dari 600 peserta pendaftar dari seluruh wilayah indonesia.
Tentu bukan hal yang mudah untuk mengikuti program ini, dari mulai seleksi sampai pengumpulan berkas-berkas. Selain itu juga terkait dana yang lumayan besar bagi saya. Karena Program ini bersifat Partially Funded, tapi saya berusaha dan tidak menyerah untuk meyakinkan orang tua sampai akhirnya mereka menyetujui. Meskipun orang tua sudah menyetujui, masih ada keraguan dalam hati saya  untuk tetap mengikuti program ini, saya berfikir soal biaya kegiatan ini.  Tapi orang tua saya terus memberikan dukungan dan meyakinkan saya agar tetap berusaha dan berdoa untuk selalu meminta kepada Allah agar diberi kemudahan. Seperti yang dikatakan bapak saya, “ yang penting Niat dan Nekat” in syaa Allah dimudahkan.
Program ini dibentuk atas kolaborasi antara Persatuan Indonesia Thailand (PERSAIT) dan Komunitas Language Lovers Community (L2C). yang mana memiliki tujuan untuk membantu meningkatkan kualitas pemuda dalam menjalankan tugas sebagai guru, mengembangkan empati dan kemampuan sosial, membangun hubungan baik antara pemuda indonesia dengan masyarakat Thailand. Dan mempromosikan metode pendidikan Indonseia ke institusi Pendidikan di Thailand Selatan. Meskipun saya dari Jurusan Bimbingan dan konseling Islam, tapi saya berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi semua.  
Pembukaan acara dilaksanakan pada tanggal 16 januari 2018, bertempat di Yala Rajabhat University. Dari  40 peserta ini dibagi ke beberapa wilayah yang ada di Thailand Selatan, diantaranya Yala, Pattani dan Narathiwat. Saya sendiri bersama 2 orang Teman saya Nurshoufi Muthmainah (Universitas Negeri Padang) dan Fitra Oktavia (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) kami ditempatkan di Sirithamwittaya School yang berada di Narathiwat. Setelah pembagian sekolah, kami dijemput dari pihak  sekolah Siritamwittaya School.  Sekolah ini cukup besar karna mempunyai murid sebanyak 1.500 murid dengan 100 ustad dan ustadzah. Akan tetapi kebanyakan murid disini adalah golongan kurang mampu dan untuk semuanya dibiayai oleh kerajaan, mulai dari SPP, kendaraan antar jemput, dan semua kegiatan sekolah  ujar ustadz Lumatha yang menjemput kami.
Kami tiba di Sirithamwittaya School pada hari Senin, 16 januari 2018 pukul 12.00 waktu Thailand , kami disambut baik oleh seluruh ustad dan ustadzah yang ada disana. Bahkan ada beberapa masyarakat juga yang ikut menyambut kami. Awalnya kami kaget dan juga terharu, melihat keramahan dan kebaikan mereka semua, kami juga bingung harus berbicara menggunakan bahasa apa, karena orang-orang yang pertama kita temui tidak ada yang bisa berbahasa indonesia ataupun melayu. karena tidak semua ustad dan ustadzah yang ada disana bisa berbahasa Melayu. Sampai akhirnya kami bertemu dengan  Bapak Mudir (Kepala Sekolah) nya, dan yang sangat membuat kami bahagia karena beliau menguasai beberapa bahasa diantaranya,Arab, Inggris dan  China. Dan kami juga diperkenakan ke beberapa ustad yang memang asli kelahiran Saudi Arabia, Mekkah dan Mesir.
Kami tinggal di asrama yang disedikan khusus untuk kami bertiga. dari pukul 08.00 sampai 16.00 saya mengajar anak-anak disekolah. saya sendiri mengajar Bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.  Dalam sehari saya mengajar 5-6 kelas, untuk sekolahnya tingkat SMP dan SMA. Dalam mengajar terkadang saya didampingi oleh pengajar aslinya dan terkadang juga saya masuk kelas tanpa ada ustad atau ustadzahnya. Karena dua orang teman saya juga masuk kelas yang berbeda.  Terkadang bingung harus mengajar apa kalau didalam satu kelas itu mereka susah berbahasa melayu, karena kadang apa yang saya ajarkan mereka tidak paham. Berbeda dengan kelas yang mereka sudah menguasai bahasa melayu. Karena sistem disana adalah memisahkan siswa yang unggul. Selepas mengajar di sekolah kami diminta untuk mengajar mengaji khususnya  iqra’ untuk anak-anak dengan tingkatan PAUD, TK, dan SD. Mulai mengajar iqra’ dari pukul 17.00-18.00. ketika mengajar mengaji tidak ada yang sulit karena metodenya yang sama dengan di Indonesia. 
Anggapan orang-orang terhadap Negara Thailand  yang menganut Hindu dan Budha ternyata tidak menyeluruh. Di daerah Narathiwat merupakan daerah mayoritas muslim yang sangat kental ajarannya dan tidak bersalaman jika bukan mahromnya. bahkan untuk masalah pakaian mereka sangat diperhatikan. Bahkan untuk keseharian mereka mengenakan gamis dan jilbab yang besar. Dan saya sendiri pernah ditegur ketika menggunkan jilbab yang cukup pendek dan yang perlu diperhatikan yaitu, saat ini Thailand selatan sedang dalam keadaan memanas karna faktor keberagaman agama dan budaya. itu juga karena ada beberapa kelompok yang ingin memisahkan diri dari Thailand. Makanya kalau kita masuk daerah Thailand selatan, dipintu perbatasan ada askar atau tentara. tapi itu tidak membuat saya takut. justru saya semakin bersemangat mengajar dan mengabdi dengan sepenuh hati.
Selama kurang lebih dua minggu disana, tiap hari kami mendapat undangan jamuan makan malam dirumah ustadz atau ustadzah dan juga warga sekitar. mereka sudah saya anggap layaknya keluarga sendiri. Setiap hari libur yaitu jumat dan sabtu kami diajak jalan-jalan oleh ustad dan ustadzah juga beberapa murid.     Berat sekali ketika saya akan meninggalkan tempat itu. Bahkan bukan hanya dari pihak sekolah saja yang meminta kami untuk tinggal disana lebih lama, warga masyarakat kampung Bacho juga meminta kami untuk tinggal lebih lama. Tapi keadaan lah yang tidak memungkinkan kami untuk tinggal lebih lama disana. Yang terpenting bagi saya ”dimanapun kita berada kita bisa bermanfaat bagi orang lain, bisa menjadi manusia  yang selalu  bergerak dan menggerakkan, hidup menghidupi dan berjuang dan memperjuangkan. Karena keikhlasan  dalam berbuat menjadikan kita kuat, tegar dan berdisiplin.


Read more ...

Sabtu, 10 Maret 2018

Lab BKI: Workshop How To Be Professioanal Counselor

Agenda 10-03-2018
Alhamdulillah, Workshop How To Be Professional Counselor, yang digalang @volunteerlab.bki  sukses terlaksana dengan baik. Narasumber dengan pengalam segudang sebagai praktisi dalam konseling rohasi Islam Bp. Drs. H. Dumono, M.Pd.I.  Kepala Unit Bimbingan Rohani Islam RSUP dr. Sardjito Yogyalarta. Sangat tepat menyampaikan tema Spiritual Guidance Counseling.

Sejatinya acara ini adalah bentuk kreativitas program kerja Laboratorium Bki Kalijaga untuk mensinergikan knowledge and skill mahasiswa dengan visi misi Prodi BKI Kalijaga agar para calon lulusan bisa bekerja sebagai pembimbing rohani Islam di Rumah Sakit. Seperti 3 alumninya yg bekerja di RS. dr. Sarjito dan di beberapa RS lainnya.

Semoga ini menjadi bagian upaya penguatan kompetensi mahasiswa BKI Kalijaga agar bisa bekerja profesional di berbagai bidang kehidupan.

Acara yang dipandu dosen hits kocak bro @zayn_musy menghangatkan suasana workshop, hingga menghanyutkan para peserta yang terdiri dari mahasiswa BKI Kalijaga angkatan 2015-2016 serta para undangan.

Sebagai opening, tarian khas Minang yang rancak telah menghantarkan acara ini semakin semarak.

Thank u untuk semua pihak yang telah mewujudkan agenda ini. Khususnya tim volunteer Lab BKI Kalijaga

Read more ...

Senin, 05 Maret 2018

Rainy Meeting


Sudah lama Program Bimbingan Konseling Islam tidak ngadain Rapat Kerja atau ngumpul bareng dosen, dan elemen mahasiswa seperti hmps bki, volunteer lab bki, dan Mitra Ummah. Keberadaan mereka di Program Bimbingan Konseling Islam merupakan penggerak dari seluruh kegiatan dan program Prodi BKI. Di tangan merekalah estafet organsasi ini disandangkan. Maka dari itu penting kebersamaan dalam diskusi demi kemajuan Prodi BKI adalah suatu keharusan. Kali ini menjelang tutup tahun 2017, kita berkumpul untuk mengadakan evaluasi sekaligus menyusun program-program unggulan dan prioritas serta program-program baru yang memberikan dampak besar bagi perkembangan prodi. Tentunya juga program-program reguler seperti biasanya. Yakni dua Kulum (Kuliah Umum), dua Praktikum (PPL BKI dan Mikro Konseling), Pelatihan Motivator, Visiting Study, Workshop dan program-program elemen lainnya (Lab BKI, dan Unit Kegiatan Mahasiswa)
Pada Raker kali ini seluruh perwakilan dapat hadir semua, mulai dari dosen, perwakilan HMPS BKI, perwakilan Lab BKI, perwakilan Mitra Ummah dan beberapa perwakilan mahasiswa. Menempati ruangan pertemuan di sebelah belakang Goeboek Resto kita mulai Raker ini jam 13.00 hingga petang menjelang.
Hasil ngumpul-ngumpul tersebut, ternyata lebih banyak pada hasil pemikiran Kaprodi BKI. Mungkin karena semua pengembangan Prodi BKI banyak terpusat pada Kaprodinya A. Said Hasan Basri. Jadilah hasil pemikiran ini kemudian diflourkan ke forum, berharap ada tanggapan dan kritikan. Tetapi nampaknya forum setuju. Dan mereka menyumbang berbagai saran dan masukan terhadap program yang akan ditelurkan pada tahun 2018 mendatang. Adapun program prioritas ke depan:
1.      Counseling servise. Pada kegiatan ini kita akan mendirikan layanan konseling bagi mahasiswa dengan nama “Klinik Konseling Islam (Islamic Counseling Clinic). Akan menempati ruang transit profesor/guru besar. Kita akan mulai dari persiapan sarana dan prasarana, desain ruangan, jadwal petugas, pembuatan logo dan papan nama, setting ruangan (kursi meja dan lemari arsip)
2.      Team counseling crisis & disaster. Pada kegiatan ini akan dilakukan pengembangan pengetahuan civitas akademika program studi BKI tentang counseling crisis dan disaster dengan menghadirkan pakar dan narasumber pada kegiatan kuliah umum.
3.      Team loving & caring woman. Ini adalah program terobosan baru yang akan menyasar para mahasiswi yang mengalami darurat bocor ketika datang bulan. Nanti sebelum launching akan disiapkan SOP (Standard Operational rosedure) mekanismenya serta dari mana sumber pengadaan barangnya.
4.      English & Arabic club discussion. Ini diproyeksikan sebagai agenda mingguan untuk melatih mahasiswa agar memiiki kemampuan bahasa Inggris dan bahasa Arab yang maksimal.
5.      Team counseling contest. Maraknya lomba-lomba konseling di berbagai bidang pada perguruan tinggi di Indonesia dan Internasional, menuntut adanya tim yang solid, agar mereka bisa siap ketika dibutuhkan. Maka tim ini harus ada yang membimbing minimal setiap dua minggu sekali.
Begitulah garis-garis besar hasil Rapat Kerja di ujung tahun 2017 ini. Sebagai evaluasi dari program-program sebelumnya bahwa program yang telah dilakukan sebaiknya segera dijadwal dan dibuat tornya, sehingga di bulan November 2018 sudah bisa dieksekusi pelaksanaannya. (November 2017)

Read more ...
Designed By