



Nailul Falah selaku ketua konfefensi nasional
menyampaikan sambutan dan banyak terimakasih kepada narasumber dan guru bk
se DIY selaku mitra BKI dalam partispasi dalam konferensi nasional. Dengan dua tema yang melejit dibidang masyarakat dan pendidikan. Selain
itu Nailul Falah melaporkan peserta konferensi yang meliputi konselor dan guru
BK/BKI se-DIY, konselor lembaga sosial se-DIY, alumni & pasca sarjana BKI
UIN Sunan Kalijaga, serta peserta BKI UIN Sunan Ampel, BKI UIN Sunan Drajat Bandung,
IAIN Tulungagung, IAIN Jember, dan suluruh mahasiswa HMPS UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.

Konferensi Nasional
BKI dibuka oleh sambutan Ibu Dr. Nurjannah M. SI, selaku Dekan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunana Kalijaga membuka secara resmi sekaligus menyampaikan
apresiasi yang sedalam-dalanya atas kinerja panitia atas terselenggaranya
Konferensi tersebut. Dr. Nurjannah berharap adanya konferensi ini mampu
mewadahi cita-cita BKI sehingga melahirkan dan
merumuskan konsep konsep awal Bimbingan dan Konseling Islam yang baku
seperti apa.

Kemudian pada acara inti adalah Konferensi
Nasional yang dimotori oleh Muhsin Kalida sebagai moderator untuk dua orang
narasumber, yaitu Bapak. Sugandi Miharja, M.Pd., dan Dr Agus Susanto, M.Pd. Sebuah kalimat mempesona keluar dari pemandu konferensi nasional BKI di
Yogyakarta pagi tadi. Bahwa pertemuan konferensi ini laksana ijtihad yang
pernah dulu dilakukan oleh sunan Kalijaga dengan mengundang para wali lain
diantaranya sunan Drajat dan sunan Ampel”, sehingga seolah-oleh hari ini
sejarah akan kembali mengulang pertemuan keilmuan tersebut dengan hadirnya UIN
Sunan Ampel dan UIN Sunan Gunung Djati ke UIN Sunan Kalijaga.
Konferensi Nasional pagi tadi, Sugandi
Miharja selaku narasumber pertama menawarkan pola konvensional yang
diperbaruhui. Sugandi menawarkan sebuah konsep organisasi yaang diubah, dan
penyempurnakan pola-pola yang telah ada. Karena menurut Sugandi, alurnya pada organising
lebih penting dan harus tersusun lebih
dulu. Sebab dalam organizing tedapat:
Pertama, Pelaku, yakni orang-orang
(konselor) yang memiliki misi pribadi yang islami~ lenih jauh lagi bagaimana
dan apa yang dia pahami tentang ayat Qu’ran. Kedua, Program. Bicara tentang program Sugandi harus mengacu kembali
kepada SWOT.
Dengan kesimpulan
Dr. Sugandi menawarkan pola
layanan yang baru yang disebut dengan Pola Penyempurnaan. Dimana
pola tersebut berisi pola konvensional umum namun itu dikembangkan. Begitu
pula pemaparan
pola komprehensif (layanan dasar: cara etika, pereturan : tata krama saat
orientasi siswa).
Berbeda dengan narasumber yang ke dua, Agus
Santosa tidak banyak menawarkan kerangka konsep sebagaimana halnya Dr Sugandi
paparkan. Dalam konferensi nasional tadi pagi, Dr. Agus mengunci diri setiap
audiencies kembali untuk menyadari dirinya. Ini yang ia katakan sebagai
kekuatan penyadaran diri.
Secara singkat
pemaran materi yang ditawarkan oleh Agus terkait dengan terapis penyadaran diri
dengan teknik menulis. Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam surat
Al-Alaq. Lalu kenapa kita tidak kemudian gunakan teknik menulis ini sebagai
terapi penyadaran diri? Di dalam ayat tersebut –Islami tepaut padu.
Uniknya, konferensi
pagi tadi menimbulkan “Efek
Domino” bagi audiences. Pasalnya kurang lebih enam peserta
konferensi nasional siang tadi menulis hingga menangis dengan apa yang ia tuliskan. Peserta itu mengaku tidak menyadari bahwa kuatnya
ikatan emosi, hati, jiwa kita dengan nilai-nilai kebenaran agama, sehingga menulis
mereka merasa terpesona dengan nuansa ketauahi dan yang Esa.
Salah satu untaian
tulisan yang terekam dalam konfensi nasional pagi tadi sebagai berikut:






Diakhir sesi acara inti Agus Susanto menambahkan,
dulu keilmuan-keilmuan islam telah dirampas dan diubah
lalu kemudian dibawa dan diakui oleh orang-orang Barat. Setelah sampai di Barat
dan kemudian dibawa kembali ke Timur. Seakan-akan ilmu itu salah lalu harus
diubah dan kembali sesuai ilmu-ilmu Timur. Bukankah Tuhan pemilik seluruh
wilayah Timur dan Barat, tegasnya.
Lampiran Pertanyaan di sesi diskusi:
1. MTsN 1 Yogyakarta (Utaminingsih),
jelaskan adminsitrasi modul BKI dan dalam pembelajarannya bagaimana?
2. SMP
IT Abu Bakar,
tertarik dengan Bimbingan dan Konseling Islam DAUM Aplikasi itu bagaimana cara mendapatkannya?
Mungkim saran membuat protokoler
3. BKI UIN
Sunan Kalijaga 2014 (Anal
Dzulkarnain),
bagaimana mamagemen pemyempurnaan BKI?
4.
IAIN Jember (Laila Suharti), Bagaimana
cara kita mengubah pandamgan masyarakat bahwa BKI tidak bisa disebut dengan
polisi sekolah?
5. MTs Umul Qura (Muh. Amina Fahmi), keislaman
dan keagamaan itu sangat dibutuhkan dalam lapangan pekerjaan. Bagaimana konsep
konseling yang memandirikan itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar