Breaking News

TUTORIAL BLOG

Kamis, 27 Oktober 2016

KONBIKI Pertama

Begitulah istilah yang coba kita bangun sebagai tradisi rintisan di Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Kalijaga. yaah...hanya istilah dari Konferensi Nasional Bimbingan dan Konseling Islam. Dengan semangat Tim HMPS (Himpunan Mahasiswa Program Studi) BKI yang dimotori oleh Khairun Nisa BR Sagala dan kawan-kawan, Volunteer Lab BKI (Mahasiswa yang aktif di Laboratorium BKI), Kekopi Suka (Ikatan Alumni dari Keluarga Konseling dan Penyuluhan Islam). Kita sukses merealisasikan mimpi kita.


Semoga Konbiki Khan terus ada di setiap tahun tiba, dan tidak hanya menyatukan Sunan Gunung Jati di Bandung dengan mengundang salah satu pakar BKI Sekolah Bapak Sugandi Miharja dan Sunan Ampel di Surabaya dengan menghadirkan Bapak Agus Santoso, ahli psikoreligius. Ke depan harapannya Sunan Kalijaga bisa menyatukan lebih banyak lagi sunan, bahkan se-nusantara. Seperti Bro Muhsin Kalida sampaikan, ibarat pengulangan masa lalu. BKI Kalijaga menyatukan mereka dengan FGD yang di pandu BKI Kalijaga Yogyakarta Faila Sufah dan Nanang Rekto Wulanjaya dalam pengembangan keilmuan BKI.

Berikut hasil rekaman proses dari Dewi Purwati salah satu Tim HMPS, Bahwa: Rabu, 26 Oktober 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta melaksanakan sebuah hajat kegiatan. Sebuah Konferensi Nasional (KONBIKI) yang bertema “Merajut Konsep Manajemen  Pelayanan Bimbingan dan Konseling Islam dalam Berbagai Latar Kehidupan dan Manajemen Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Islam Sekolah dan Masyarakat” berlangsung penuh hikmat di gedung teatrikal Dakwah dan Komunikasi. Konferensi Nasional BKI tersebut rencananya akan dilaksanakan selama dua hari tanggal 26-27 Oktober 2016 bertempat di Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Konferensi Nasional BKI (KONBIKI), dipandu oleh dua pembawa acara yang menyajikan 3 bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia) membuat acara Konferensi Nasional pagi tadi berbeda. Ditambah pembacaan lantunan wahyu ilahi oleh Labibah qari’ah mahasiswa BKI 2015 meningkatkan pesona ketauhidan saat berlangsungya konferensi nasional.
Nailul Falah selaku ketua konfefensi nasional menyampaikan sambutan dan banyak terimakasih kepada narasumber dan guru bk se DIY selaku mitra BKI dalam partispasi dalam konferensi nasional. Dengan dua tema yang melejit dibidang masyarakat dan pendidikan. Selain itu Nailul Falah melaporkan peserta konferensi yang meliputi konselor dan guru BK/BKI se-DIY, konselor lembaga sosial se-DIY, alumni & pasca sarjana BKI UIN Sunan Kalijaga, serta peserta BKI UIN Sunan Ampel, BKI UIN Sunan Drajat Bandung, IAIN Tulungagung, IAIN Jember, dan suluruh mahasiswa HMPS UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sambutan kedua disampaikan oleh A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si., selaku kaprodi BKI menyampaikan "kesyukuran yang besar selaku tuan rumah akhirnya berhasil menghimpun seluruh para akademis berkumpul dalam konferensi nasional BKI (KONBIKI) pagi tadi, Said juga merasa terharu atas besarnya antusias peserta dan undangan yang telah hadir dan berharap aktif dan partisipatif selama konferensi berlangsung". Ada harapan yang digadang oleh BKI se-Indonesia bagi pengembangan Konseling Islam saat ini, meski muncul berbagai himpitan keputusan-keputusan Kementrian yang berubah setiap tahunnya. Tujuan konferensi nasional ini pertama, penyerapan dilapangan secara konsep keilmuan diwilayah barat (Bandung) dan timur (Surabaya) dari sunan ampel. Sehingga bettemu keputusan antara perpaduan konsep keilmuan barat dan timur . Harapannya semakin jelas profesinya di lapangan. Dari kombinasi dr wilayah barat timur dan jogja. Di sisi lain, Belum ada standar yg baku perumusan konseling Islam yang baku dan membantu melahirkan kerangka konsep yang islam.
Konferensi Nasional BKI dibuka oleh sambutan Ibu Dr. Nurjannah M. SI, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunana Kalijaga membuka secara resmi sekaligus menyampaikan apresiasi yang sedalam-dalanya atas kinerja panitia atas terselenggaranya Konferensi tersebut. Dr. Nurjannah berharap adanya konferensi ini mampu mewadahi cita-cita BKI sehingga melahirkan dan  merumuskan konsep konsep awal Bimbingan dan Konseling Islam yang baku seperti apa.
Dr. Nurjannah juga menyampaikan hasil Assosiasi Bimbingan dan Konseling Islam se-Indonesia (ABKI) dilaksanakan dua minggu lalu di Pekan Baru dan Surabaya. Dalam assosiasi tersebut, setidaknya para akademis tahu, PR yang segera ABKI cukup berat, yaitu: Pertama, segera merumuskan mata kuliah~tujuan itu untuk melegalkan rumusan. Kedua, perumusan kerangka konsep Bimbingan dan Konseling yang Islami” bukan sebatas konvensional. Artinya kerangka konsep yang digunakan bukan hanya mengkiblat pada teori-teori Barat, akan tetapi BKI sendiri sudahkah mengintregrasikan dan menginterkoneksikan teori Barat dengan Islam. Dr. Nurjannah menambahkan, bahwa sebetulnya ayat-ayat kauniah dan ayat ayat qauliyyah tidak akan bertentangan. Tidak Instan memang, namun Dr. Nurjannah meyakini kedepan apabila konferensi dan Focus Group Discution ini terus dilakukan maka akan melahirkan sebuah temuan kerangka konsep BKI yang baku.
Kemudian pada acara inti adalah Konferensi Nasional yang dimotori oleh Muhsin Kalida sebagai moderator untuk dua orang narasumber, yaitu Bapak. Sugandi Miharja, M.Pd., dan Dr Agus Susanto, M.Pd. Sebuah kalimat mempesona keluar dari pemandu konferensi nasional BKI di Yogyakarta pagi tadi. Bahwa pertemuan konferensi ini laksana ijtihad yang pernah dulu dilakukan oleh sunan Kalijaga dengan mengundang para wali lain diantaranya sunan Drajat dan sunan Ampel”, sehingga seolah-oleh hari ini sejarah akan kembali mengulang pertemuan keilmuan tersebut dengan hadirnya UIN Sunan Ampel dan UIN Sunan Gunung Djati ke UIN Sunan Kalijaga.
Konferensi Nasional pagi tadi, Sugandi Miharja selaku narasumber pertama menawarkan pola konvensional yang diperbaruhui. Sugandi menawarkan sebuah konsep organisasi yaang diubah, dan penyempurnakan pola-pola yang telah ada. Karena menurut Sugandi, alurnya pada organising lebih penting dan harus tersusun lebih dulu. Sebab dalam organizing tedapat:

Pertama, Pelaku, yakni orang-orang (konselor) yang memiliki misi pribadi yang islami~ lenih jauh lagi bagaimana dan apa yang dia pahami tentang ayat Qu’ran. Kedua, Program. Bicara tentang program Sugandi harus mengacu kembali kepada SWOT.
Dengan kesimpulan Dr. Sugandi menawarkan pola layanan yang baru yang disebut dengan Pola Penyempurnaan. Dimana pola tersebut berisi pola konvensional umum namun itu dikembangkan. Begitu pula pemaparan pola komprehensif (layanan dasar: cara etika, pereturan : tata krama saat orientasi siswa).
Berbeda dengan narasumber yang ke dua, Agus Santosa tidak banyak menawarkan kerangka konsep sebagaimana halnya Dr Sugandi paparkan. Dalam konferensi nasional tadi pagi, Dr. Agus mengunci diri setiap audiencies kembali untuk menyadari dirinya. Ini yang ia katakan sebagai kekuatan penyadaran diri.
Secara singkat pemaran materi yang ditawarkan oleh Agus terkait dengan terapis penyadaran diri dengan teknik menulis. Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam surat Al-Alaq. Lalu kenapa kita tidak kemudian gunakan teknik menulis ini sebagai terapi penyadaran diri? Di dalam ayat tersebut –Islami tepaut padu.
Uniknya, konferensi pagi tadi menimbulkan “Efek Domino” bagi audiences. Pasalnya kurang lebih enam peserta konferensi nasional siang tadi menulis hingga menangis dengan apa yang ia tuliskan. Peserta itu mengaku tidak menyadari bahwa kuatnya ikatan emosi, hati, jiwa kita dengan nilai-nilai kebenaran agama, sehingga menulis mereka merasa terpesona dengan nuansa ketauahi dan yang Esa.
Salah satu untaian tulisan yang terekam dalam konfensi nasional pagi tadi sebagai berikut:
*   Menulis ialah aktivitas dimana kita mengungkapkan menuangkan pikiran yang ada dalam otak, jiwa dan persaan dalam bentuk rangkaian kata yang tersusun menjadi sebuah kalimat.
*   Aku ingin beristiqamah. Untuk itu aku bertirakat. Sebab tirakatmu menentukan masa depanmu kelak.
*  Ibu yang baik itu lebih mulia dari 100 guru pengajar. Didiklah dirimu dengan berpikir dan belajat. Didik hatimu dgn puasa, shalat malam dan )
*   Ujian kehidupanku merupakan kebesaran ujian keimananku
*   Saya tidak ada telaga dan memberi semangat yang lebih untuk bangga berada di BKI.
*   Konselor islami harus melihat konseli dari luar dan dari dalam. Konseling itu barang hikmah.

Diakhir sesi acara inti Agus Susanto menambahkan, dulu keilmuan-keilmuan islam telah dirampas dan diubah lalu kemudian dibawa dan diakui oleh orang-orang Barat. Setelah sampai di Barat dan kemudian dibawa kembali ke Timur. Seakan-akan ilmu itu salah lalu harus diubah dan kembali sesuai ilmu-ilmu Timur. Bukankah Tuhan pemilik seluruh wilayah Timur dan Barat, tegasnya.

Lampiran Pertanyaan di sesi diskusi:
1. MTsN 1 Yogyakarta (Utaminingsih), jelaskan adminsitrasi modul BKI dan dalam pembelajarannya bagaimana?
2. SMP IT Abu Bakar, tertarik dengan Bimbingan dan Konseling Islam DAUM Aplikasi itu bagaimana cara mendapatkannya? Mungkim saran membuat protokoler
3.   BKI UIN Sunan Kalijaga 2014 (Anal Dzulkarnain), bagaimana mamagemen pemyempurnaan BKI?
4.      IAIN Jember (Laila Suharti), Bagaimana cara kita mengubah pandamgan masyarakat bahwa BKI tidak bisa disebut dengan polisi sekolah?

5.     MTs Umul Qura (Muh. Amina Fahmi), keislaman dan keagamaan itu sangat dibutuhkan dalam lapangan pekerjaan. Bagaimana konsep konseling yang memandirikan itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By