
Begitulah
istilah yang coba kita bangun sebagai tradisi rintisan di Prodi Bimbingan dan
Konseling Islam Kalijaga. yaah...hanya istilah dari Konferensi Nasional
Bimbingan dan Konseling Islam. Dengan semangat Tim HMPS (Himpunan Mahasiswa
Program Studi) BKI yang dimotori oleh Khairun Nisa BR Sagala dan kawan-kawan,
Volunteer Lab BKI (Mahasiswa yang aktif di Laboratorium BKI), Kekopi Suka (Ikatan
Alumni dari Keluarga Konseling dan Penyuluhan Islam). Kita sukses
merealisasikan mimpi kita.
Berikut
hasil rekaman proses dari Dewi Purwati salah satu Tim HMPS, Bahwa: Rabu, 26 Oktober 2016
Program Studi
Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta melaksanakan sebuah hajat kegiatan. Sebuah Konferensi Nasional (KONBIKI) yang bertema “Merajut Konsep
Manajemen Pelayanan Bimbingan dan
Konseling Islam dalam Berbagai Latar Kehidupan dan Manajemen Pelaksanaan
Layanan Bimbingan dan Konseling Islam Sekolah dan Masyarakat” berlangsung penuh
hikmat di gedung teatrikal Dakwah dan Komunikasi. Konferensi Nasional BKI
tersebut rencananya akan dilaksanakan selama dua hari tanggal 26-27 Oktober
2016 bertempat di Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Konferensi Nasional
BKI (KONBIKI), dipandu oleh
dua pembawa acara yang menyajikan 3 bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia) membuat acara Konferensi Nasional pagi tadi
berbeda. Ditambah pembacaan lantunan wahyu ilahi oleh Labibah qari’ah mahasiswa
BKI 2015 meningkatkan pesona ketauhidan saat berlangsungya konferensi nasional.
Nailul Falah selaku ketua konfefensi nasional
menyampaikan sambutan dan banyak terimakasih kepada narasumber dan guru bk
se DIY selaku mitra BKI dalam partispasi dalam konferensi nasional. Dengan dua tema yang melejit dibidang masyarakat dan pendidikan. Selain
itu Nailul Falah melaporkan peserta konferensi yang meliputi konselor dan guru
BK/BKI se-DIY, konselor lembaga sosial se-DIY, alumni & pasca sarjana BKI
UIN Sunan Kalijaga, serta peserta BKI UIN Sunan Ampel, BKI UIN Sunan Drajat Bandung,
IAIN Tulungagung, IAIN Jember, dan suluruh mahasiswa HMPS UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Sambutan kedua
disampaikan oleh A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si., selaku kaprodi BKI
menyampaikan "kesyukuran yang besar selaku tuan rumah akhirnya berhasil
menghimpun seluruh para akademis berkumpul dalam konferensi nasional BKI
(KONBIKI) pagi tadi, Said juga merasa terharu atas besarnya antusias peserta
dan undangan yang telah hadir dan berharap aktif dan partisipatif selama
konferensi berlangsung". Ada harapan yang digadang oleh BKI
se-Indonesia bagi pengembangan
Konseling
Islam
saat ini, meski muncul berbagai himpitan keputusan-keputusan
Kementrian yang berubah setiap tahunnya. Tujuan konferensi nasional ini pertama,
penyerapan dilapangan secara konsep keilmuan diwilayah barat (Bandung) dan
timur (Surabaya) dari sunan ampel. Sehingga bettemu keputusan antara perpaduan
konsep keilmuan barat dan timur . Harapannya semakin jelas profesinya di
lapangan. Dari kombinasi dr wilayah barat timur dan jogja. Di sisi lain, Belum
ada standar yg baku perumusan konseling Islam yang baku dan membantu melahirkan
kerangka konsep yang islam.
Konferensi Nasional
BKI dibuka oleh sambutan Ibu Dr. Nurjannah M. SI, selaku Dekan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunana Kalijaga membuka secara resmi sekaligus menyampaikan
apresiasi yang sedalam-dalanya atas kinerja panitia atas terselenggaranya
Konferensi tersebut. Dr. Nurjannah berharap adanya konferensi ini mampu
mewadahi cita-cita BKI sehingga melahirkan dan
merumuskan konsep konsep awal Bimbingan dan Konseling Islam yang baku
seperti apa.
Dr. Nurjannah juga menyampaikan
hasil Assosiasi
Bimbingan
dan Konseling
Islam
se-Indonesia (ABKI) dilaksanakan dua
minggu lalu di Pekan
Baru dan Surabaya. Dalam assosiasi tersebut, setidaknya
para akademis tahu, PR yang segera ABKI cukup berat, yaitu:
Pertama, segera merumuskan mata
kuliah~tujuan itu untuk melegalkan rumusan. Kedua,
perumusan
kerangka konsep Bimbingan dan Konseling yang “Islami”
bukan sebatas konvensional. Artinya kerangka konsep yang digunakan bukan hanya mengkiblat pada teori-teori
Barat, akan tetapi BKI sendiri sudahkah mengintregrasikan dan
menginterkoneksikan teori Barat dengan Islam. Dr.
Nurjannah menambahkan, bahwa sebetulnya ayat-ayat kauniah dan ayat
ayat qauliyyah tidak akan bertentangan. Tidak Instan
memang, namun Dr. Nurjannah meyakini kedepan apabila konferensi dan Focus
Group Discution ini terus dilakukan maka akan melahirkan sebuah temuan kerangka
konsep BKI yang baku.
Kemudian pada acara inti adalah Konferensi
Nasional yang dimotori oleh Muhsin Kalida sebagai moderator untuk dua orang
narasumber, yaitu Bapak. Sugandi Miharja, M.Pd., dan Dr Agus Susanto, M.Pd. Sebuah kalimat mempesona keluar dari pemandu konferensi nasional BKI di
Yogyakarta pagi tadi. Bahwa pertemuan konferensi ini laksana ijtihad yang
pernah dulu dilakukan oleh sunan Kalijaga dengan mengundang para wali lain
diantaranya sunan Drajat dan sunan Ampel”, sehingga seolah-oleh hari ini
sejarah akan kembali mengulang pertemuan keilmuan tersebut dengan hadirnya UIN
Sunan Ampel dan UIN Sunan Gunung Djati ke UIN Sunan Kalijaga.
Konferensi Nasional pagi tadi, Sugandi
Miharja selaku narasumber pertama menawarkan pola konvensional yang
diperbaruhui. Sugandi menawarkan sebuah konsep organisasi yaang diubah, dan
penyempurnakan pola-pola yang telah ada. Karena menurut Sugandi, alurnya pada organising
lebih penting dan harus tersusun lebih
dulu. Sebab dalam organizing tedapat:
Pertama, Pelaku, yakni orang-orang
(konselor) yang memiliki misi pribadi yang islami~ lenih jauh lagi bagaimana
dan apa yang dia pahami tentang ayat Qu’ran. Kedua, Program. Bicara tentang program Sugandi harus mengacu kembali
kepada SWOT.
Dengan kesimpulan
Dr. Sugandi menawarkan pola
layanan yang baru yang disebut dengan Pola Penyempurnaan. Dimana
pola tersebut berisi pola konvensional umum namun itu dikembangkan. Begitu
pula pemaparan
pola komprehensif (layanan dasar: cara etika, pereturan : tata krama saat
orientasi siswa).
Berbeda dengan narasumber yang ke dua, Agus
Santosa tidak banyak menawarkan kerangka konsep sebagaimana halnya Dr Sugandi
paparkan. Dalam konferensi nasional tadi pagi, Dr. Agus mengunci diri setiap
audiencies kembali untuk menyadari dirinya. Ini yang ia katakan sebagai
kekuatan penyadaran diri.
Secara singkat
pemaran materi yang ditawarkan oleh Agus terkait dengan terapis penyadaran diri
dengan teknik menulis. Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam surat
Al-Alaq. Lalu kenapa kita tidak kemudian gunakan teknik menulis ini sebagai
terapi penyadaran diri? Di dalam ayat tersebut –Islami tepaut padu.
Uniknya, konferensi
pagi tadi menimbulkan “Efek
Domino” bagi audiences. Pasalnya kurang lebih enam peserta
konferensi nasional siang tadi menulis hingga menangis dengan apa yang ia tuliskan. Peserta itu mengaku tidak menyadari bahwa kuatnya
ikatan emosi, hati, jiwa kita dengan nilai-nilai kebenaran agama, sehingga menulis
mereka merasa terpesona dengan nuansa ketauahi dan yang Esa.
Salah satu untaian
tulisan yang terekam dalam konfensi nasional pagi tadi sebagai berikut:
Diakhir sesi acara inti Agus Susanto menambahkan,
dulu keilmuan-keilmuan islam telah dirampas dan diubah
lalu kemudian dibawa dan diakui oleh orang-orang Barat. Setelah sampai di Barat
dan kemudian dibawa kembali ke Timur. Seakan-akan ilmu itu salah lalu harus
diubah dan kembali sesuai ilmu-ilmu Timur. Bukankah Tuhan pemilik seluruh
wilayah Timur dan Barat, tegasnya.
Lampiran Pertanyaan di sesi diskusi:
1. MTsN 1 Yogyakarta (Utaminingsih),
jelaskan adminsitrasi modul BKI dan dalam pembelajarannya bagaimana?
2. SMP
IT Abu Bakar,
tertarik dengan Bimbingan dan Konseling Islam DAUM Aplikasi itu bagaimana cara mendapatkannya?
Mungkim saran membuat protokoler
3. BKI UIN
Sunan Kalijaga 2014 (Anal
Dzulkarnain),
bagaimana mamagemen pemyempurnaan BKI?
4.
IAIN Jember (Laila Suharti), Bagaimana
cara kita mengubah pandamgan masyarakat bahwa BKI tidak bisa disebut dengan
polisi sekolah?
5. MTs Umul Qura (Muh. Amina Fahmi), keislaman
dan keagamaan itu sangat dibutuhkan dalam lapangan pekerjaan. Bagaimana konsep
konseling yang memandirikan itu?



Tidak ada komentar:
Posting Komentar